Thursday, April 29, 2010

The Power of Kepepet

Sebetulnya saya sudah lama membaca buku karangan Jaya Setiabudi yang judulnya The Power of Kepepet ini. Tapi, seperti yang telah diketahui kita bersama (hehe..) kelemahan saya yang paling kentara itu adalah menunda-nunda untuk menulis. Mungkin sesuai dengan isi buku tersebut, posisi saya belum dalam keadaan "kepepet" :D.

Buku ini sebetulnya (katanya) bukan buku untuk memberikan motivasi. Tapi setelah membacanya, saya justru menjadi lebih semangat (dalam hal apapun -- kecuali menulis.. xixixi..).

Jaya mengisahkan bahwa ia selalu terngiang dengan perkataan ayahnya yaitu: LEBIH BAIK KECIL JADI BOS, DARIPADA GEDE JADI KULI. Ini yang membuat dia berusaha untuk menjadi seorang wirausaha, walaupun dalam perjalanan bisnisnya sangat banyak rintangan dan liku-likunya. Dia seringkali bangkrut namun kemudian bangkit kembali.

Dalam perjalanan dia berusaha membangun bisnisnya, Jaya menemukan bahwa kekuatan yang paling dahsyat untuk menggerakkan seseorang bukanlah motivasi/dorongan/iming-iming tetapi keadaan kepepet. Dia memberikan contoh misalnya ada seseorang di atap gedung kemudian diiming-imingi uang 1 milyar jika mau melompat atau berjalan dengan seutas tali ke gedung sebelahnya dengan jarak 3 meter. Orang itu mungkin akan pikir2 dulu, tidak langsung mengambil risiko untuk mengambil uang 1 milyar tersebut. Tetapi ketika di atap itu dilepaskan dua singa yang kelaparan, orang itu tidak akan pikir2 dulu, pasti akan berusaha untuk lompat ke gedung sebelahnya.

Keadaan pertama ketika hanya ada uang 1 milyar itu diibaratkan sebagai motivasi/iming2. Keadaan kedua diibaratkan sebagai keadaan kepepet. Nah.. dalam kondisi kepepet lah orang-orang biasanya mempunyai kekuatan yang hebat untuk melakukan sesuatu.

Saya juga pernah mendengar cerita ada seorang ibu yang bisa mengangkat sebuah mobil demi menyelamatkan anaknya yang balita. Padahal kalau dalam kondisi normal, ibu itu tidak mungkin bisa mengangkat mobil tersebut.

Ada juga pengalaman seorang teman suami. Suami bercerita kalau temannya itu mempunyai utang cicilan mobil, kartu kredit, tanah, dll sejumlah sekian puluh juta. Beberapa waktu kemudian, suami bercerita bahwa utang temannya itu tinggal beberapa juta lagi. Saya heran, kok bisa ya seperti itu? Padahal dia tidak menerima warisan dari orang tua atau rezeki mendadak tiba2. Ternyata setelah dilihat, teman suami (bagian marketing di kantor) itu kemungkinan mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk melunasi utang-utangnya akibat kepepet. Dengan adanya utang-utang yang harus dilunasi, dia bekerja lebih keras sehingga bonus marketingnya bisa sangat tinggi. Dalam waktu yang relatif tidak lama, dia bahkan bisa pergi umroh.

Sebenarnya, kondisi kepepet ini juga pernah saya alami. Memang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bisnis, tapi bisa jadi contoh bahwa memang kepepet ini bisa menjadi kekuatan yang dahsyat.

Beberapa waktu yang lalu saya pernah posting kemungkinan saya Drop Out (DO) dari kampus karena sudah sekitar 2 tahun tidak menyelesaikan skripsi. Karena kepepet, dalam waktu 2 bulan skripsinya selesai dan sekarang saya sudah dapat ijazahnya...Nah, betul kan? Jadi, berdasarkan teori Jaya ini, jika Anda menginginkan sesuatu, buatlah diri Anda dalam posisi "kepepet" untuk bisa meraih keinginan tersebut.

Little Red Book of Selling: 12.5 Principles of Sales GreatnessThe Story of SchubertA Walk on the MoonRenew Your Life - 1 - BookBest Books for Kids Who (Think They) Hate to Read: 125 Books That Will Turn Any Child into a Lifelong ReaderCreativity for Kids Create Your Own BooksJust Go to Bed (Pictureback(R))500 Hilarious Jokes for Kids (Signet)

Read More .. Read More...

Wednesday, April 21, 2010

Cloth Diapers dan Toilet Training

Cloth Diapers atau popok kain akhir-akhir ini memang jadi pilihan ibu-ibu yang mempunyai anak batita. Selain ramah lingkungan, konon katanya jauh lebih ekonomis jika memilih jenis popok kain dibandingkan dengan disposable diapers.

Sayapun "latah" membeli cloth diapers modern untuk Fauzan. Ya, kalau dibanding cloth diapers Fauzan yang konvensional, harganya jauh lebih mahal. Satu cloth diapers modern buatan Singapore harganya bisa untuk membeli 40 buah popok biasa!

Akhir-akhir ini, di usia Fauzan yang hampir 6 bulan saya jarang memakaikan cloth diapers modern untuk Fauzan (apalagi popok kain biasa, sudah tidak pernah). Ini karena saya ingin memulai toilet training sejak dini. Jika belum pipis, Fauzan akan kami (saya, ayahnya, atau pengasuh) bawa ke kamar mandi. Walaupun seringkali tidak berhasil, tidak mengapa.. namanya juga latihan. Alhasil sekarang Fauzan memakai celana pop biasa yang diberi dumpel kain tetra (yang dulu biasanya dipake untuk popok dalamnya) biar memudahkan kalau dia dibawa ke WC.

Terlalu dini kah toilet training-nya Fauzan? well.. mungkin..Tapi dulu Adit sama neneknya mulai usia 3 bulan lho! hihihihi... But it's worthed. Karena usia 1,5 tahunan Adit sudah sama sekali tidak memakai disposable diapers ketika pergi kemana-mana. Ke Jakarta pun ketika naik kereta api dia tidak menggunakannya. Hanya tiap jam kita bawa ke toiletnya untuk pipis.

Gerber 12-Pack Flatfold Birdseye Cloth Diapers - WhiteGerber 12-Pack Prefold Birdseye 3-Ply Cloth Diapers with Padding - WhitebumGenius One-Size Cloth Diaper TwilightBabyKicks Prefold Diaper 3-Pack, Small (newborn 11.75" X 16")Thirsties Diaper Cover- Celery, SmallThirsties Duo Wrap, Meadow, Size Two 18-40 lbsFuzziBunz One Size Cloth Diaper, Apple GreenGro Baby Shell Set, KiwiFuzziBunz Onesize Red Cloth DiaperKissaluvs Fitted Cloth Diaper: Size 0 (5-16 lbs) - 3pack Boy Colors

Read More .. Read More...

Tuesday, April 6, 2010

Kekuatan Seorang Ayah

Katanya, kemampuan verbal seorang anak laki-laki lebih lambat dari perempuan. Ternyata, Adit (laki-laki - 3,5 thn) mulai bisa berkata kata pada usia 1,5 thn. Pada usianya yang ke 2, dia sudah bisa berbicara dengan kalimat lengkap dan cukup lancar (walau pengucapan masih kurang jelas).

Dulu, saya pikir kemampuan verbal Adit dikarenakan "turunan" (ayah dan mominya cerewet). Tapi setelah membaca buku referensi karangan Dr. Alicia Christine, saya baru memahami. Kemampuan Adit ini kemungkinan lebih besar disebabkan ayahnya!.

Mengapa demikian? Dalam buku "Prinsip-prinsip Kasih Sayang Membesarkan Anak Anda" disebutkan bahwa dalam penelitian diketahui bahwa anak yang ayahnya membaca untuk mereka menjelang tidur memiliki kemampuan verbal yang lebih baik daripada yang ayahnya tidak membacakan cerita. Yang menarik, penelitian ini juga menemukan bahwa ketika ibu membacakan cerita untuk anak-anak, itu tidak meningkatkan kemampuan verbal si anak. Semakin banyak waktu yang ayah habiskan berdua dengan anak, maka akan semakin bagus pengaruhnya untuk si anak.

Walaupun saya sebagai maminya lebih sering membacakan cerita, tapi ayahnya tak segan untuk membacakan buku cerita saat akan tidur ketika saya ada pekerjaan yang harus dilakukan. Selain itu, sewaktu Adit bayi, ayahnya selalu mengajaknya bercakap-cakap. Baik pagi hari sebelum berangkat kerja, maupun ketika sudah sampai di rumah. Adit sering berinteraksi dengan ayahnya, walaupun sering tidak akur (sering berantem). Tapi mungkin dengan "berantem" ini, kemampuan verbal Adit lebih terasah.

Ternyata, ayah memiliki pengaruh besar dalam kehidupan anak. Banyak penelitian menunjukkan pentingnya kehadiran ayah dalam kehidupan anak antara lain:
- Bayi yang menghabiskan waktu hanya dengan ayahnya, menunjukkan perilaku sosial dan eksplorator yang lebih bervariasi, lebih ingin tahu, dan lebih bisa mengatasi situasi yang penuh tekanan.
- Bayi yang ayahnya banyak menghabiskan waktu bermain bersamanya secara teratur mampu memecahkan masalah dengan lebih baik ketika mereka bisa berjalan.
- Anak-anak dengan ayah yang menghabiskan banyak waktu mengasuh mereka menunjukkan kecerdasan kognitif yang lebih tinggi dan memiliki IQ yang rata2 enam poin lebih tinggi.
- Anak perempuan dengan ayah yang menghabiskan banyak waktu untuk mereka memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi.
- Anak laki-laki yang ayahnya bertanggung jawab menetapkan batasan dan menegakkan disiplin serta membantu mereka mengatasi masalah dan pekerjaan sekolah menunjukkan kapasitas empati yang lebih tinggi.
- Anak yang ayahnya melakukan 40% dari kegiatan pengasuhan anak tidak terlalu mengalami stereotyping peran gender.
- Anak yang tinggal dengan kedua orangtuanya dan memiliki hubungan baik dengan sang ayah memiliki tingkat risiko merokok, minum minuman keras dan menggunakan obat2an terlarang yang lebih rendah, yaitu 40% jika dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga single parent.
- Anak yang merasa dekat dengan ayahnya memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi untuk masuk kuliah atau menemukan pekerjaan tetap setelah lulus daripada anak yang tidak dekat dengan ayahnya, 75% lebih rendah si anak untuk hamil di luar nikah, 80% lebih rendah kemungkinannya si anak akan masuk penjara dan 50% lebih rendah kemungkinannya si anak mengalami depresi.

Melihat besarnya "kekuatan" seorang ayah dalam menentukan masa depan seorang anak, alangkah baiknya setiap istri mengajak suaminya untuk ikut berpartisipasi "menemani" anak.

Read More .. Read More...