Sunday, October 10, 2010

"Tragedi" Makanan di Pagi Hari

Pagi ini..

Di rumah...

Ayah: "Mih, kue ijo di atas meja dapur mana?"
Mommy: "Dimakan... bekas Adit kan? sayang soalnya"
Ayah: "Euh.. iya bekas Adit, tp tadi malem ayah liat si tikus juga makan kue ijo itu".
**gigit bibir**

Di deket kantor...
(antri di tukang bubur).

Cewek (antri di depan): "lima mangkok ya, mang.."
Mang Bubur (nengok ke panci bubur): "oh lima.."
Mommy (ikut nengok ke panci): "yaah.. abis.. ya udah, gak jadi mang".
**gigit jari**

Di ruang kantor...

eh.. nemu permen di tas.. lumayan..
**buka kemasan permen**
tiba-tiba........
permen ngagulutuk.... hiks...
**gigit jari lagi**



Read More .. Read More...

Friday, May 21, 2010

Shalat Khusyu Itu Mudah

Wah.. sepi banget ya di sini... crossposting aja ah..

Selama ini kita diajari solat khusyu dengan cara: berkonsentrasi, memperhatikan titik di tempat sujud, kita harus memahami bacaan bahasa Arab (menerjemahkan bahasa Arab ke bahasa kita), menghadirkan Allah, dll. Cara-cara tersebut terlihat meyakinkan, tetapi kenyataannya tidak memberi terlalu banyak manfaat.

Melihat tempat sujud membantu agar pandangan kita tidak melirik ke kanan/kiri, tapi tidak mampu menahan pikiran kita yang suka melompat kemana saja. Jika khusyu dapat diperoleh dengan mengerti arti bacaannya, ketika penulis pergi ke Makkah, ternyata orang-orang Arab pun terlihat tidak lebih khusyu daripada orang kita. Ada yang matanya melirik ke kiri dan ke kanan, ada yang sibuk merapikan tutup kepala, dll. Padahal mereka tentu mengerti arti bacaannya. Mencoba “menghadirkan” Allah malah menambah kebingungan. Apapun yang kita bayangkan mengenai wujud Allah, maka itu pasti salah.

ketika usaha khusyu dengan konsentrasi gagal, maka muncul persyaratan lain. Ada yang mengatakan bahwa untuk khusyu itu kita harus suci, bersih dari perbuatan dosa. Persyaratan ini membuat penulis pesimis, karena banyak ustad2 yang dia kenal secara pribadi sebagai orang soleh, bisa bahasa Arab, tinggi ilmu agama, ternyata mengalami masalah pula dengan solat khusyu. Kalau mereka saja yang tinggi ilmu agamanya, banyak berzikir, dan menjaga perbuatannya saja sering tidak khusyu? bagaimana dengan kita?

Mungkin telah banyak usaha dan cara untuk khusyu telah kita lakukan, tetapi tetap saja tidak berhasil. Anehnya, tiba2 kita bisa mendadak khusyu, ketika kita tertimpa musibah yang hebat, tiba2 saja kita bisa shalat dengan khusyu lalu berdoa sambil mengucurkan air mata. Padahal ketika itu, kita justru lupa dengan segala macam teori mengenai solat khusyu. Kita solat tanpa berkonsentrasi, lupa memperhatikan titik di tempat sujud, tapi hati dan pikiran kita tidak pernah lepas mengarah ke Allah.

Apakah yang menyebabkan hal demikian? ternyata salah satunya adalah sikap dalam menghadap kepada Allah. Ketika kita tertimpa musibah, maka kita datang kepada Allah dengan merendahkan diri, sungguh-sungguh mengharapkan pertolongan Allah. Kita sadar, hanya Allah lah yang dapat mengatasi masalah kita dan mengabulkan doa kita. Sebaliknya ketika kita sedang jaya, tidak kekurangan suatu apapun, sikap itu sudah tidak ada lagi. Biasanya kita solat dan doa hanya untuk menggugurkan kewajiban saja.

Duh.. panjang bener ya hihihihi.. mudah2an yang pengen solatnya khusyu mau baca. Setelah baca buku ini, rasanya senang sekali waktu denger kumandang adzan, dan pengen cepat2 menunaikan solat. O,ya.. kalau ada yang mau e-booknya, silahkan kirim email ke saya di: mommy.adit@gmail.com.
Mudah-mudahan bermanfaat.

Sumber: Shalat Khusyu Itu Mudah, oleh: Mardibros

Read More .. Read More...

Thursday, April 29, 2010

The Power of Kepepet

Sebetulnya saya sudah lama membaca buku karangan Jaya Setiabudi yang judulnya The Power of Kepepet ini. Tapi, seperti yang telah diketahui kita bersama (hehe..) kelemahan saya yang paling kentara itu adalah menunda-nunda untuk menulis. Mungkin sesuai dengan isi buku tersebut, posisi saya belum dalam keadaan "kepepet" :D.

Buku ini sebetulnya (katanya) bukan buku untuk memberikan motivasi. Tapi setelah membacanya, saya justru menjadi lebih semangat (dalam hal apapun -- kecuali menulis.. xixixi..).

Jaya mengisahkan bahwa ia selalu terngiang dengan perkataan ayahnya yaitu: LEBIH BAIK KECIL JADI BOS, DARIPADA GEDE JADI KULI. Ini yang membuat dia berusaha untuk menjadi seorang wirausaha, walaupun dalam perjalanan bisnisnya sangat banyak rintangan dan liku-likunya. Dia seringkali bangkrut namun kemudian bangkit kembali.

Dalam perjalanan dia berusaha membangun bisnisnya, Jaya menemukan bahwa kekuatan yang paling dahsyat untuk menggerakkan seseorang bukanlah motivasi/dorongan/iming-iming tetapi keadaan kepepet. Dia memberikan contoh misalnya ada seseorang di atap gedung kemudian diiming-imingi uang 1 milyar jika mau melompat atau berjalan dengan seutas tali ke gedung sebelahnya dengan jarak 3 meter. Orang itu mungkin akan pikir2 dulu, tidak langsung mengambil risiko untuk mengambil uang 1 milyar tersebut. Tetapi ketika di atap itu dilepaskan dua singa yang kelaparan, orang itu tidak akan pikir2 dulu, pasti akan berusaha untuk lompat ke gedung sebelahnya.

Keadaan pertama ketika hanya ada uang 1 milyar itu diibaratkan sebagai motivasi/iming2. Keadaan kedua diibaratkan sebagai keadaan kepepet. Nah.. dalam kondisi kepepet lah orang-orang biasanya mempunyai kekuatan yang hebat untuk melakukan sesuatu.

Saya juga pernah mendengar cerita ada seorang ibu yang bisa mengangkat sebuah mobil demi menyelamatkan anaknya yang balita. Padahal kalau dalam kondisi normal, ibu itu tidak mungkin bisa mengangkat mobil tersebut.

Ada juga pengalaman seorang teman suami. Suami bercerita kalau temannya itu mempunyai utang cicilan mobil, kartu kredit, tanah, dll sejumlah sekian puluh juta. Beberapa waktu kemudian, suami bercerita bahwa utang temannya itu tinggal beberapa juta lagi. Saya heran, kok bisa ya seperti itu? Padahal dia tidak menerima warisan dari orang tua atau rezeki mendadak tiba2. Ternyata setelah dilihat, teman suami (bagian marketing di kantor) itu kemungkinan mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk melunasi utang-utangnya akibat kepepet. Dengan adanya utang-utang yang harus dilunasi, dia bekerja lebih keras sehingga bonus marketingnya bisa sangat tinggi. Dalam waktu yang relatif tidak lama, dia bahkan bisa pergi umroh.

Sebenarnya, kondisi kepepet ini juga pernah saya alami. Memang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bisnis, tapi bisa jadi contoh bahwa memang kepepet ini bisa menjadi kekuatan yang dahsyat.

Beberapa waktu yang lalu saya pernah posting kemungkinan saya Drop Out (DO) dari kampus karena sudah sekitar 2 tahun tidak menyelesaikan skripsi. Karena kepepet, dalam waktu 2 bulan skripsinya selesai dan sekarang saya sudah dapat ijazahnya...Nah, betul kan? Jadi, berdasarkan teori Jaya ini, jika Anda menginginkan sesuatu, buatlah diri Anda dalam posisi "kepepet" untuk bisa meraih keinginan tersebut.

Little Red Book of Selling: 12.5 Principles of Sales GreatnessThe Story of SchubertA Walk on the MoonRenew Your Life - 1 - BookBest Books for Kids Who (Think They) Hate to Read: 125 Books That Will Turn Any Child into a Lifelong ReaderCreativity for Kids Create Your Own BooksJust Go to Bed (Pictureback(R))500 Hilarious Jokes for Kids (Signet)

Read More .. Read More...

Wednesday, April 21, 2010

Cloth Diapers dan Toilet Training

Cloth Diapers atau popok kain akhir-akhir ini memang jadi pilihan ibu-ibu yang mempunyai anak batita. Selain ramah lingkungan, konon katanya jauh lebih ekonomis jika memilih jenis popok kain dibandingkan dengan disposable diapers.

Sayapun "latah" membeli cloth diapers modern untuk Fauzan. Ya, kalau dibanding cloth diapers Fauzan yang konvensional, harganya jauh lebih mahal. Satu cloth diapers modern buatan Singapore harganya bisa untuk membeli 40 buah popok biasa!

Akhir-akhir ini, di usia Fauzan yang hampir 6 bulan saya jarang memakaikan cloth diapers modern untuk Fauzan (apalagi popok kain biasa, sudah tidak pernah). Ini karena saya ingin memulai toilet training sejak dini. Jika belum pipis, Fauzan akan kami (saya, ayahnya, atau pengasuh) bawa ke kamar mandi. Walaupun seringkali tidak berhasil, tidak mengapa.. namanya juga latihan. Alhasil sekarang Fauzan memakai celana pop biasa yang diberi dumpel kain tetra (yang dulu biasanya dipake untuk popok dalamnya) biar memudahkan kalau dia dibawa ke WC.

Terlalu dini kah toilet training-nya Fauzan? well.. mungkin..Tapi dulu Adit sama neneknya mulai usia 3 bulan lho! hihihihi... But it's worthed. Karena usia 1,5 tahunan Adit sudah sama sekali tidak memakai disposable diapers ketika pergi kemana-mana. Ke Jakarta pun ketika naik kereta api dia tidak menggunakannya. Hanya tiap jam kita bawa ke toiletnya untuk pipis.

Gerber 12-Pack Flatfold Birdseye Cloth Diapers - WhiteGerber 12-Pack Prefold Birdseye 3-Ply Cloth Diapers with Padding - WhitebumGenius One-Size Cloth Diaper TwilightBabyKicks Prefold Diaper 3-Pack, Small (newborn 11.75" X 16")Thirsties Diaper Cover- Celery, SmallThirsties Duo Wrap, Meadow, Size Two 18-40 lbsFuzziBunz One Size Cloth Diaper, Apple GreenGro Baby Shell Set, KiwiFuzziBunz Onesize Red Cloth DiaperKissaluvs Fitted Cloth Diaper: Size 0 (5-16 lbs) - 3pack Boy Colors

Read More .. Read More...

Tuesday, April 6, 2010

Kekuatan Seorang Ayah

Katanya, kemampuan verbal seorang anak laki-laki lebih lambat dari perempuan. Ternyata, Adit (laki-laki - 3,5 thn) mulai bisa berkata kata pada usia 1,5 thn. Pada usianya yang ke 2, dia sudah bisa berbicara dengan kalimat lengkap dan cukup lancar (walau pengucapan masih kurang jelas).

Dulu, saya pikir kemampuan verbal Adit dikarenakan "turunan" (ayah dan mominya cerewet). Tapi setelah membaca buku referensi karangan Dr. Alicia Christine, saya baru memahami. Kemampuan Adit ini kemungkinan lebih besar disebabkan ayahnya!.

Mengapa demikian? Dalam buku "Prinsip-prinsip Kasih Sayang Membesarkan Anak Anda" disebutkan bahwa dalam penelitian diketahui bahwa anak yang ayahnya membaca untuk mereka menjelang tidur memiliki kemampuan verbal yang lebih baik daripada yang ayahnya tidak membacakan cerita. Yang menarik, penelitian ini juga menemukan bahwa ketika ibu membacakan cerita untuk anak-anak, itu tidak meningkatkan kemampuan verbal si anak. Semakin banyak waktu yang ayah habiskan berdua dengan anak, maka akan semakin bagus pengaruhnya untuk si anak.

Walaupun saya sebagai maminya lebih sering membacakan cerita, tapi ayahnya tak segan untuk membacakan buku cerita saat akan tidur ketika saya ada pekerjaan yang harus dilakukan. Selain itu, sewaktu Adit bayi, ayahnya selalu mengajaknya bercakap-cakap. Baik pagi hari sebelum berangkat kerja, maupun ketika sudah sampai di rumah. Adit sering berinteraksi dengan ayahnya, walaupun sering tidak akur (sering berantem). Tapi mungkin dengan "berantem" ini, kemampuan verbal Adit lebih terasah.

Ternyata, ayah memiliki pengaruh besar dalam kehidupan anak. Banyak penelitian menunjukkan pentingnya kehadiran ayah dalam kehidupan anak antara lain:
- Bayi yang menghabiskan waktu hanya dengan ayahnya, menunjukkan perilaku sosial dan eksplorator yang lebih bervariasi, lebih ingin tahu, dan lebih bisa mengatasi situasi yang penuh tekanan.
- Bayi yang ayahnya banyak menghabiskan waktu bermain bersamanya secara teratur mampu memecahkan masalah dengan lebih baik ketika mereka bisa berjalan.
- Anak-anak dengan ayah yang menghabiskan banyak waktu mengasuh mereka menunjukkan kecerdasan kognitif yang lebih tinggi dan memiliki IQ yang rata2 enam poin lebih tinggi.
- Anak perempuan dengan ayah yang menghabiskan banyak waktu untuk mereka memperoleh nilai matematika yang lebih tinggi.
- Anak laki-laki yang ayahnya bertanggung jawab menetapkan batasan dan menegakkan disiplin serta membantu mereka mengatasi masalah dan pekerjaan sekolah menunjukkan kapasitas empati yang lebih tinggi.
- Anak yang ayahnya melakukan 40% dari kegiatan pengasuhan anak tidak terlalu mengalami stereotyping peran gender.
- Anak yang tinggal dengan kedua orangtuanya dan memiliki hubungan baik dengan sang ayah memiliki tingkat risiko merokok, minum minuman keras dan menggunakan obat2an terlarang yang lebih rendah, yaitu 40% jika dibandingkan dengan remaja yang berasal dari keluarga single parent.
- Anak yang merasa dekat dengan ayahnya memiliki kemungkinan dua kali lebih tinggi untuk masuk kuliah atau menemukan pekerjaan tetap setelah lulus daripada anak yang tidak dekat dengan ayahnya, 75% lebih rendah si anak untuk hamil di luar nikah, 80% lebih rendah kemungkinannya si anak akan masuk penjara dan 50% lebih rendah kemungkinannya si anak mengalami depresi.

Melihat besarnya "kekuatan" seorang ayah dalam menentukan masa depan seorang anak, alangkah baiknya setiap istri mengajak suaminya untuk ikut berpartisipasi "menemani" anak.

Read More .. Read More...

Tuesday, September 15, 2009

Anak, Nggak Perlu Dari Rahim Sendiri Kan?

Ketika akan menulis ini, jadi inget tulisan Maknya Azwa. Dia pernah menulis tentang hal ini juga. Ketika direnungi, betul juga ya....

Kami berharap, adiknya Adit nanti seorang perempuan. Bukannya apa-apa sih, cuman pengen tahu aja punya anak perempuan itu seperti apa (karena kami sudah mempunyai seorang anak laki-laki kan..). Kayaknya asyik. Tapi setelah SPoG mengatakan kemungkinannya adalah anak laki-laki, kami bersyukur dan berdoa semoga menjadi anak lelaki yang shaleh dan sehat. Sebenarnya laki-laki atau perempuan sama saja kan? amanah yang berat untuk kita didik. Untuk kita jadikan anak-anak shaleh yang bisa "membantu" kita di akhirat kelak. Ya... hanya ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendoakan orang tuanya, dan shadaqah yang bisa terus mengalir pahalanya walau kita sudah meninggalkan dunia ini.

Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke sebuah panti anak yatim di daerah Cicaheum. Di sana tinggal 10 orang anak. Sambil bersalaman dengan anak-anak itu, saya lihat kamar mereka dan melihat-lihat asramanya. Ada rasa haru di hati melihat anak-anak sekecil itu sudah tidak mempunyai orang tua.

Ketika saya pulang dan bertemu suami, saya berkata padanya: "Yah, kalau nanti adiknya Adit bukan seorang perempuan tapi Ayah suatu hari kelak ingin seorang anak perempuan, kita ambil aja dari panti ya. Anak nggak perlu lahir dari rahim momi langsung kan?". Mengandung dan melahirkan bukan perkara yang mudah, apalagi harus mengurus sampai jadi anak yang sehat, shaleh, dan berguna bagi masyarakat. Dan si Ayah setuju....

Read More .. Read More...