Sunday, February 15, 2009

Hukum Kekekalan Rejeki

Sudah pernah dengar kan, hukum kekekalan energi yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Nah, hari ini saya mendapat email yang ditulis oleh Jaya Setiabudi (dikirim oleh kakak). Ternyata, menurut Jaya, rejeki sama halnya dengan energi (dianalogikan sebagai energi). Jadi kira-kira begini: “Rejeki tidak dapat diciptakan (karena hanya Allah yang menciptakan) atau dimusnahkan, hanya dapat berubah dari satu ‘tangan’ ke ‘tangan’ yang lain.”


Jaya menggunakan istilah ‘tangan’ agar kita mudah memahaminya. Bukankah demikian kejadiannya? Rejeki kita yang ‘lepas’ dari tangan kita, berpindah ke tangan orang lain? Saat krisis, sebagian resto kelas menengah akan tutup, di sisi lain warung tegal kebanjiran pelanggan, betul? Penjual ban (roda) baru omsetnya menurun, sementara ban bekas jadi laris manis. Apa lagi yang akan laris? Produk-produk dalam negeri akan banyak digemari, karena kenaikkannya tidak sedrastis produk impor. Bukankah itu bukti Hukum Kekekalan Rejeki?, katanya.

Nah, kalau memang demikian, berarti kita tidak boleh takut. Rejeki akan selalu ada bagi siapa saja yang memang "mengejarnya". Banyak yang tidak mau bergabung dengan bisnis yang saya jalankan dengan alasan: 'sudah banyak yang jadi member'. Tapi ternyata, yang baru gabung enam bulan lalu bahkan yang bergabung sebulan yang lalu tetap mendapatkan rejekinya (malah mungkin besarannya lebih tinggi dari yang saya dapatkan). Jadi menurut saya, benar juga bahwa rejeki tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan karena rejeki memang selalu ada dan diberikan oleh Allah bagi setiap hamba-Nya (yang berusaha).

Dalam bekerja, pegawai selalu menurut dengan apa yang dikatakan pimpinannya. Tidak berani membantah walaupun hati nurani bertolak belakang dengan perkataan pimpinan. Hal ini karena takut dipecat, takut tidak mempunyai pekerjaan. Ketika tidak punya pekerjaan, berarti tidak punya penghasilan. Tidak punya penghasilan berarti tidak punya rejeki. Benarkah begitu? Kalau berdasarkan hukum tadi tidak demikian. Rejeki itu tidak musnah, hanya berpindah "tangan" saja. Ketika dipecat, mungkin rejeki itu pegawai tadi pindah dari dia ke orang lain. Ketika dia kembali berusaha mencari pekerjaan (dan mendapatkannya), rejeki baru dia dapatkan.

So, moral of the story are:
1. Jangan takut, karena rejeki tidak akan pernah hilang.
2. Kejar di mana rejeki akan pindah (sehingga kita dapat rejekinya).

10 comments:

~Srex~ said...

Hehehe...boleh juga mbak hukum kekekalan rezeki nya...
Kalo aku agak beda, gini:
'rezeki(ku) itu ibarat laut...ada pasang naik, ada pasang surut...tapi tidak pernah kering.

Lidya Fitrian said...

kejar trus sampai rejeki nya dapet ya

mommy adit said...

@srex aswinto: jika dihubungkan dengan hukum kekekalan rejeki ini, berarti ketika rejeki Om sonny pasang naik, rejeki sedang berada di tangan Om. Tapi ketika sedang pasang surut, rejekinya sedang ada di tangan orang lain. :D

@Lidya: ya nggak gitu juga... klo nggak dapet ya berarti bukan rejekinya :D

Dedot said...

makasi sharingnya mbak Anita,berharga banget.
salam dari bali ya...

~Srex~ said...

Bukan gitu mbak...bagiku tiap hari selalu ada rezeki (baca:materi/uang) yg masuk, tetapi manakala tdk ada duit masuk, asal kita sekeluarga sehat2 semua...itu sudah rejeki yg besar skali...gak akan bs berpindah tangan lah...milik kita sendiri kok...hehehe

astrid savitri said...

wah, ternyata ada hukum macam begitu; menarik banget..dapet ilmu baru nih..
selama ini saya percaya dgn semakin sering memberi, semakin sbanyak rejeki kita terima :)

mommy adit said...

@Dedot: salam juga dari mojang Bandung!

@srex aswinto: o iya ya.. hehehe..

@astrid savitri: Iya mbak, saya juga percaya semakin sering memberi, semakin banyak rejeki. Rejeki itu datangnya kan dari Tuhan, dan Tuhan akan membalas semua kebaikan manusia (bahkan berlipat lipat besarnya). Jadi kalau kita memberi rejeki kita kepada orang lain, artinya bukan berarti rejeki kita berpindah tangan kepada orang lain. Pada hakikatnya, malah kita menambah rejeki untuk diri sendiri (yang diciptakan Allah).

Ernut said...

ojo lali moral ketiga: bergabunglah ke bisnisku, kaluk tidak awwaass!

BundAditya said...

Bener mom, kalo udah rejeki ga akan lari kemana

mommy adit said...

@Ernut: mbak ernut bisnis opo tokh?

@BundAditya: makanya, tetep semangat!!